Monday 14 January 2013

Cinta dan kesetiaan Layya (istri Nabi Ayyub AS)



Saudariku sekalian, kali ini aku sengaja mengajakmu untuk lebih menyelami sikap seorang wanita sejati. Sikap yang bisa menjadikanmu sebagai seorang yang dicintai oleh pribadi yang shalih, juga oleh Allah SWT. Dan dalam tulisan ini, materi yang akan kita bahas adalah tentang sikap sabar dan setianya istri Nabi Ayyub AS. Yang tentunya bisa dijadikan sebagai pedoman utama dalam kehidupanmu di dunia ini. Demi kehidupan akherat yang lebih mulia dan di ridhai-Nya
Untuk mempersingkat waktu, mari ikuti penelusuran berikut ini:
Istri Nabi Ayyub AS yang menjadi pembahasan di tulisan ini adalah Layya binti Ya’qub. Ada yang mengatakan, Layya binti Mansyar bin Ya’qub. Ada lagi yang mengatakan bahwa namanya adalah Rahmah binti Afratsim.
Namun pada hakikatnya, nama istri Nabi Ayyub AS tidaklah terlalu penting untuk kita ketahui, karena akan lebih penting mengetahui sikap-sikapnya yang harum mewangi dan abadi sehingga menjadikannya sebagai salah seorang istri para Nabi yang abadi cintanya dan meninggalkan jejak-jejak cemerlang di dunia wanita-wanita mulia. Namun, untuk pembahasan di buku ini, maka saya lebih senang menggunakan nama istri Nabi Ayyub AS ini sebagai Layya.
Kecintaan istri Nabi Ayyub AS kepadanya sangatlah terbukti, ketika beliau telah di uji dengan kemiskinan dan kematian anak-anaknya. Allah SWT mendatangkan ujian berat dengan mendatangkan kepadanya sakit selama bertahun-tahun dan tak kunjung sembuh. Kaum famili, sahabat, kerabat, keluarganya dan para tetangganya menjauhi dan membenci Nabi Ayyub AS, kecuali istrinya, Layya.
Layya banyak memuji Allah, bersyukur, dan menyanjung Allah Ta’ala, karena Dia memberinya anak laki-laki dan perempuan yang menyenangkan hati dan mata tidak sedih memandang mereka, karena Allah memberi suaminya kekayaan yang banyak, dan melebihkan beliau di atas seluruh makhluk-Nya.
Layya paham betul bahwa rahasia awetnya sebuah nikmat ialah dengan mensyukurinya. Oleh karena itu, ia selalu berdzikir, memuji Allah, menunaikan hak kepada pemiliknya, membantu hamba-hamba Allah, dan berbuat baik kepada mereka. Dalam semua hal tersebut, Layya bersinar dengan sinar suaminya, Ayyub AS. Kendati itu semua, Layya juga tunduk kepada ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya dan suaminya, Nabi Ayyub AS.
Layya sukses dalam ujian tersebut berkat pertolongan Allah SWT dan ia bisa membuktikan kejujurannya terhadap Allah SWT dan kesetiaaannya kepada suaminya yang disanjung Tuhannya dengan sanjungan yang ter-indah dan memberinya sifat sabar yang menjadikan pemiliknya termasuk orang-orang yang masuk Syurga tanpa di hisab, sebagai balasan yang pas dari Allah SWT yang dijanjikan-Nya kepada orang-orang sabar.
Di kisahkan bahwa istri Nabi Ayyub AS, Layya, sangat menyayangi suaminya dan sedih atas kondisi suaminya. Ketika Layya melihat suaminya berada dalam musibah yang memakan waktu cukup lama dan musibah tersebut jusru menambah rasa syukur dan kepasrahan beliau kepada Allah SWT, ia mendekat kepada Nabi Ayyub AS dan berkata “Wahai suamiku, engkau adalah orang yang doanya dikabulkan, oleh karena itu, berdoalah kepada Allah SWT agar Dia menyembuhkanmu!”
Nabi Ayyub AS berkata “Wahai istriku, aku telah hidup sehat selama 70 tahun, maka aku harus bersabar untuk Allah selama 70 tahun juga”
Ketika Layya mendengar jawaban suaminya yang sarat dengan iman, kepasrahan dan ketundukan kepada Allah SWT, ia sedih karenanya. Layya melihat suaminya dengan mata hati dan mata kepalanya, bahwa suaminya telah menjadi percontohan terindah tentang kesabaran, tunduk kepada qadha dan takdir Allah, serta berserah kepada kehendak Ilahi. Layya tahu bahwa dirinya tidak mungkin sanggup menggapai kedudukan suaminya atau naik ke tempat yang pernah di duduki oleh suaminya ketika beliau bersabar. Kendati demikian, Layya tetap berbuat baik kepada suaminya dan menjaga cintanya, karena keimanannya kepada Allah SWT dan rasul-Nya, Ayyub AS.
Istrinya tidak henti-hentinya mengurus segala yang dibutuhkannya, termasuk membantunya buang hajat. Suatu ketika keadaan istrinya ini  semakin lemah dan kekayaannya pun semakin menipis hingga ia bekerja pada orang lain untuk dapat memberi makan suaminya serta bisa meng-obatinya. Ia tetap sabar dan tabah dengan peristiwa yang menimpanya dan dengan hilangnya semua kekayaan, anak dari sisinya serta penderitaan yang datang bertubi-tubi setelah sebelumnya ia benar-benar merasakan banyak kenikmatan dan kemuliaan.
Untuk penghidupannya, Layya bekerja memotong-motong roti pada seorang pedagang roti. Setiap petang, dia pulang mendapatkan suaminya, dengan membawa beberapa potong roti yang telah dihadiahkan orang kepadanya. Tetapi setelah orang ramai tahu bahwa Layya itu adalah istri Nabi Ayyub AS, maka pedagang roti itu pun tidak mengizinkannya bekerja lagi sebagai tukang potong roti.
Dalam ketidakpunyaan itu, Layya tetap berjuang mencari pekerjaan untuk penghidupan mereka. Namun meski telah berusaha, tidak ada orang yang mau menerimanya bekerja, karena mereka mengetahui ia adalah istri Nabi Ayyub AS, sehingga mereka khawatir akan tertular. Dan ketika ia tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya bekerja, maka ia pun menjual salah satu dari kepangan rambutnya kepada beberapa puteri orang-orang terhormat untuk di tukar dengan makanan yang enak lagi banyak. Lalu ia membawa makanan itu kepada Nabi Ayyub AS, maka Nabi Ayyub AS bertanya, ”Dari mana kamu dapatkan makanan ini?” Dan bahkan ia menolak memakannya. Lalu istrinya pun menjawab; ”Aku bekerja pada beberapa orang”
Dan keesokan harinya, ia tidak juga mendapatkan orang yang mau menerimanya bekerja, lalu ia menjual kepangan rambutnya yang satu lagi dan menukarnya dengan makanan. Setelah ia bawa kepada Nabi Ayyub AS, maka beliau pun menolak dan bersumpah tidak akan memakannya sampai ia memberi tahu dari mana makanan itu di peroleh. Kemudian istrinya membuka penutup kepalanya, dan ketika melihat kepala istrinya tidak berambut, Ayyub AS berucap; “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah di timpa penyakit dan engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”
Ketika itulah, rahmat Ilahi turun kepada Nabi Ayyub AS dan juga kepada istrinya, Layya, yang tidak meninggalkan beliau sepanjang tahun-tahun sakit dan musibah beliau. Mereka bisa lebih tabah dan tenang dalam mengarungi ujian yang luar biasa itu. Sehingga ketika itu, kedua pasangan ini adalah dua orang terbaik di atas permukaan bumi, sampai akhirnya Allah SWT pun sudi menyembuhkan sakit beliau dan beliau mendapatkan sentuhan Rabbani kemudian sehat seperti dulu. Bahkan semua yang pernah mereka miliki sebelumnya, telah dikembalikan. Dan itu tidak berkurang hingga mereka meninggalkan kehidupan dunia ini.
Jadi saudariku, inilah sejarah hidup istri Nabi Ayyub AS. Beliau adalah wanita yang sabar, penuh cinta, ahli ibadah, memuji Allah, bersyukur, dan ditentukan Allah SWT mendapatkan Syurga atas ketaatan dan kesabarannya tersebut.
Sungguh, Allah SWT merahmati Layya, memuliakannya atas semua kesabaran dan kesetiaannya pada suaminya, Nabi Ayyub AS. Terhadap segala macam musibah. Sehingga Dia membimbingnya kepada kemanisan cinta dan patuh dibawah naungan keridhaan Allah SWT.
Semoga akan ada lagi Layya lainnya di zaman ini, karena hanya dengan begitulah akan banyak pula perubahan yang baik di tengah-tengah kehidupan manusia. Meski jelas sekali bahwa kini telah terdesak dan luluh oleh rusaknya akhlak dan mandulnya peradaban dunia. Namun jika banyak sosok wanita sebagaimana Layya, maka kehidupan ini akan tetap baik dan benar.

0 komentar:

BUDAK KOMPUTER © 2008 Template by:
ArmanArifai