“.. .berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora
asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit
cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja..
.”“…begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang
setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah
senandung cemas yang terbalut penuh harap..”
****
Wanita ini adalah wanita pendamba surga. Kami dapati bahwa dia adalah
wanita yang menenangkan hati sang kekasih. Dia temani belahan jiwanya
dalam suka, bahagia,duka dan nestapa. Kami saksikan pula bahwa dialah
wanita bijaksana nan cerdik. Pula, ia adalah keturunan bangsawan kaya
dan menjadi incaran banyak lelaki.
Percikan Kerinduan dari Sucinya Hati
Seperti wanita umumnya, kami dapati bahwa ia amat merindukan seorang
sosok yang akan menjadi teman hidupnya. Ia membutuhkan sosok yang akan
menemaninya mengarungi bahtera kehidupan.Berjumpalah wanita ini dengan
lelaki dengan kepribadian yang diidam-idamkan wanita. Lelaki yang ia
temui begitu agung lagi berakhlak mempesona. Lelaki tersebut tidak
seperti laki-laki yang ia temui pada kaumnya. Lelaki itu begitu
menenangkan kala dipandang dan tutur katanya jujur dan menarik
perhatian. Berwibawa dan menjaga harga diri.
Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara.
Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta.
Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.
Namun begitu, terbesit pikiran yang mengusiknya. Akankah pemuda
dengan kebeningan hatinya tersebut mau menikahinya yang telah berumur
kepala empat? Saat bingungnya mendengung, kami dapati rekan wanitanya
datang mengunjungi. Rekannya mampu menangkap semburat rasa yang
terpendam hingga wanita itu mencurahkan kegalauan hati dan perasaannya.
Rekannya pun berhasil menenangkannya bahwa ia adalah wanita cantik dan
memiliki kemuliaan nasab. Siapakah gerangan lelaki yang tak mau melamar
wanita idaman sepertinya? Bergegaslah rekan wanita itu menemui sang
lelaki seperti yang dipinta sang wanita. Setelah bertemu, rekan wanita
tersebut berkata kepada laki-laki itu:
“… apa yang menyebabkan kau tidak menikah?”
Lelaki itu adalah orang yang fakir lagi yatim piatu. Sang ayah
meninggal ketika ia dalam kandungan. Dan ketika masih kecil, ia pun
ditinggal meninggal oleh sang ibu.Ia menjawab:
“tidak ada sesuatu yang bisa saya gunakan untuk menikah”.
Rekan wanita tersebut tersenyum sambil bertutur:
“sekiranya engkau diberi dan diminta menikahi wanita yang berharta, rupawan, mulia dan cukup, apakah engkau mau menerimanya?”
Laki-laki itu kemudian berkata:
“siapa?”
Rekan wanita itu kemudian menyebutkan nama sahabatnya yang tengah
dirundung oleh besarnya pengharapan. Wajar memang karena wanita begitu
dominan dalam hal perasaan.Gayung pun bersambut indah. Setelah mendapat
nama wanita yang memang ia sangat kenal, lelaki tersebut kemudian
berucap:
“kalau dia setuju maka saya terima”.
Subhanallah. Lampu hijau terlihat jelas menandakan akan dimulai
proses selanjutnya. Mendengar ucapan tersebut, rekan wanita itu pun
kembali menemui sahabatnya untuk menebar wewangian kabar bahagia yang
baru saja didengarnya. Betapa riangnya wanita kita ini setelah mendapat
berita.
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah
dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi,
bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah,
begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah
menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung
cemas yang terbalut penuh harap.
Aduhai pena kami pun semakin bersemangat menarikan goresannya. Sang
lelaki pun mengabarkan kepada paman-pamannya agar segera melamar sang
wanita, walaupun sang wanita telah menjanda. Iya benar, wanita itu telah
menjanda. Suami pertamanya meninggal kemudian wanita itu cerai dengan
suami kedua. Namun itu bukanlah sebuah aib. Bukan pula sebuah cela.
Adalah skenario dari Allah yang telah menetapkan yang terbaik bagi
hamba-Nya. Tak ada yang mampu keluar dari rel takdir.
Rajutan Tali Pernikahan Nan Pernuh Berkah
Paman lelaki itu datang melamar sang wanita di hadapan pamannya.
Maklum, ayah wanita kita ini telah wafat. Mahar dan penentuan akad nikah
pun dibicarakan. Disepakati mahar kepada wanita itu berupa lembu dua
puluh ekor.Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang.
Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti sepasang
kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk
harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang
penantian yang bertengger di taman hati. Adakah jalinan yang indah
selain jalinan dan untaian tali pernikahan?Adakah letupan-letupan cinta
yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan
ini?Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah
secara syar’i?
aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din.
Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera Kehidupan ...
Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan dirinya sebagai wanita yang piawai me-
manage
perasaan dan alur lalu lintas permasalahan yang mungkin menyerang
masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang nan cinta kepada pangeran
hatinya. Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan mata air kasih yang
bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan kebaikan. Dialah
kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah sosok yang
nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih
mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu
agung nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang
jauh ke depan. Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit.
Suaminya pun adalah orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami
dapati bahwa dia adalah lelaki yang agung nan mulia pula. Begitu banyak
ujian yang lelaki ini alami hingga menjadikan sedih dan gulana. Begitu
banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi dari orang-orang yang amat
membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda untuk membunuhnya. Dan
memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang menyebarkan agama
Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam perjuangan di jalan
keimanan.
Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan pedang terlalu
sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami dapati
lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan
kawan-kawannya terbunuh.
Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona agama kita yang mulia.
Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau dipuji. Dialah
sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar menuliskan
tentangnya.Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan
brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan
untuk memenangkan agama-Nya di muka bumi.
Allahu akbar. .Allahu akbar…
Begitu mulianya dua insan itu.Pena kami kembali membulirkan air
matanya karena kemuliaan mereka.Wahai pena. Kabarkanlah bahwa kami
begitu rindu untuk bertemu.<span>
Telah Tiba Saatnya Berpisah ...
Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini adalah nikmat Allah yang
besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera cinta selama
seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu menghibur
kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis,
menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya
dengan jiwa, raga dan hartanya. Telah tiba saatnya kita akan berpisah
dengan wanita berbudi luhur itu. Telah tiba saatnya wanita itu harus
meninggalkan sang kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah
Rabb-Nya.Dan selanjutnyaaaaaa. .Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .
Selamat jalan wahai wanita yang melambangkan kesetiaan. .
Selamat jalan jiwa yang tenang. .
Selamat jalan duhai wanita yang berhati lembut di tengah lembah kekerasan. .
Selamat jalan wahai wanita teladan yang mengagumkan. .
Selamat jalan wahai engkau yang membela kemuliaan islam. .Selamat jalan engkau wahai istri yang arif nan bijaksana. .
Selamat jalan wahai engkau ibunda kaum muslimin, Khadijah binti Khuwailid. .
Wahai Bunda,.Kepergianmu telah meninggalkan duka dan sedih bagi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Bagaimana tidak, suka yang
terkomposisi duka telah dicicipi bersama di arena kehidupan. Sungguh
pilu hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditinggal belahan
jiwanya..Tahukah engkau wahai Bunda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah menyanjungmu di depan ‘Aisyah sehingga ‘Aisyah pun
cemburu.‘Aisyah bertutur di tengah cemburu yang menggebu nan melanda:
“tidaklah aku cemburu atas seseorang dari istri-istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku atas
Khadijah, sedangkan aku belum melihatnya sama sekali. Tetapi Rasul
sering menyebutnya dan kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing
lalu memotong-motongnya kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat
Khadijah. Sehingga kadang-kadang aku berkata kepada beliau:
“sepertinya di dunia ini tak ada wanita kecuali Khadijah.” [1]
Subhanallah. Begitu cintanya Nabi kami padamu, wahai Ummul Mukminin.
Dan memang engkau amat pantas mendapatkannya walau ‘Aisyah memiliki
kecantikan dan kepandaian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memenuhi janjinya bahwa beliau tak akan menduakanmu selama engkau masih
hidup dan walau usiamu telah lanjut. Kami mengetahui pula bahwa engkau
bertabur putri-putri mulia yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan
Fathimah. Mereka adalah pembela setia suamimu. .Begitu abadi
cintanya.Engkau wahai Bunda, seperti yang kami dapati dalam kitab
Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil memujimu:
“wanita penghuni surga yang paling mulia adalah Khadijah binti Khuwailid.” [2]
Pula dalam kitab yang lain yaitu
Nisaa’ Haular Rasul war Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin, kami dapati pula pujian untukmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Maryam
binti Imran dan sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Khadijah
binti Khuwailid” [3]
Wahai Bunda, keteguhanmu mendapat limpahan karunia dari Allah. Engkau
memiliki andil besar dalam perubahan peradaban bagi para wanita.
Inilah surga Allah menaruh rindu untukmu. Allah dan malaikat
Jibril pun menitipkan salam hangat dari langit ke-tujuh untukmu. Dan
kepadamu, Allah telah menyediakan rumah istana dari permata. .
subhanallah
Kami dapati dalam kitab
ar-Rahiq al-Makhtum bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“wahai Rasulullah. Inilah khadijah, dia telah datang
membawa bejana, di dalamnya ada lauk pauk, makanan atau minuman.
Sekiranya dia nanti mendatangimu maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya
serta beritakan padanya kabar gembira perihal istana untuknya di surga
yang terbuat dari mutiara, yang tiada kebisingan maupun rasa lelah di
dalamnya.” [4]
Akhirnya. . .
selamat menikmati rumah istana dari mutiaraselamat jalan
ibunda orang-orang beriman. .Biarlah kami senantiasa mengenangmu di
kedalaman qolbu. .Menyerap semangatmu yang terbit seiring fajar. .Dan
lihatlah namamu ada dalam benak setiap muslimah. .Walaupun tak
sesempurnamu, kami harap wanita-wanita kami mampu merengkuh
keteladananmu di jalan ilmu. . .
Sekian,
Dari seorang lelaki yang berusaha meneladani kekasihmu tercinta di atas manhaj salaf,
Penulis: Fachrian Almer Akiera
(Yani Fachriansyah Muhammad as-Samawiy)
Mataram, di siang nan cerah secerah hati, ilmu dan akhlak orang-orang yang beriman.
(26 rajab 1431 H/ 09 juli 2010 M).Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika..